Segala bentuk ibadah akan terwujud dalam diri seorang hamba manakala memenuhi tiga landasan yang sangat mendasar: adanya hubb (kecintaan), khauf (takut), dan raja` (pengharapan). Jadi yang benar adalah hendaknya beribadah kepada Allah dengan kecintaan kepadaNya, mengharap pahalaNya, dan takut akan siksaNya.
Khauf dan raja` adalah dua ibadah yang sangat agung. Bila keduanya menyatu dalam diri seorang mukmin, maka akan seimbanglah seluruh aktivitas kehidupannya. Bagaimana tidak, sebab dengan khauf akan membawa dirinya untuk selalu melaksanakan ketaatan dan menjauhi perkara yang diharamkan; sementara roja` akan menghantarkan dirinya untuk selalu mengharap apa yang ada di sisi Rabb-nya 'Azza wa Jalla. Pendek kata dengan khauf dan raja` seorang mukmin akan selalu ingat bahwa dirinya akan kembali ke hadapan Sang Penciptanya, disamping ia akan bersemangat memperbanyak amalan-amalan.
Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) tuhan mereka, dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat tuhan mereka, dan orang-orang yang tidak mempersekutukan tuhan mereka (dengan sesuatu apapun), dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada tuhan mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya." [QS. Al-Mukminun: 57-61].
HAKIKAT KHAUF
Khauf (takut) adalah ibadah hati, tidak dibenarkan khauf ini kecuali terhadap-Nya Subhanahu wa Ta'ala. Khauf adalah syarat pembuktian keimanan seseorang.
Allah berfirman: "Sesungguhnya mereka itu tidak lain syaitan-syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang yang beriman." [QS. Ali Imran: 175].
Apabila khauf kepada Allah berkurang dalam diri seorang hamba, maka ini sebagai tanda mulai berkurangnya pengetahuan dirinya terhadap Rabb-nya. Sebab orang yang paling tahu tentang Allah adalah orang yang paling takut kepada-Nya.
Rasa khauf akan muncul dengan sebab beberapa hal, di antaranya: pertama, pengetahuan seorang hamba akan pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosanya serta kejelekan-kejelekannya; kedua, pembenarannya akan ancaman Allah, bahwa Allah akan menyiapkan siksa atas segala kemaksiatan; ketiga, mengetahui akan adanya kemungkinan penghalang antara dirinya dan taubatnya.
Untuk menimbulkan rasa takut, di kitab RiyadlusShalihin dijelaskan bahwa ada empat hal yang akan ditanyakan pada hari kiamat :
1.Untuk apa saja umur kita dihabiskan?
2.Bagaimana ilmu kita diamalkan?
3.Bagaimana harta diperoleh dan dikeluarkan untuk apa saja?
4.Badan kita dipergunakan apa saja ketika kita hidup di dunia?
Coblah direnungkan sudahkah kita bisa mempertanggungjawabkannya?
HAKIKAT RAJA`
Adapun raja` secara bahasa artinya harapan/cita-cita; sedangkan menurut istilah ialah bergantungnya hati dalam meraih sesuatu di kemudian hari. Roja` merupakan ibadah yang mencakup kerendahan dan ketundukan, tidak boleh ada kecuali kepada Allah 'Azza wa Jalla. Memalingkannya kepada selain Allah adalah kesyirikan, bisa berupa syirik besar atau pun syirik kecil tergantung apa yang ada dalam hati orang yang tengah mengharap.
Roja (harapan/mengharap) tidaklah menjadikan pelakunya terpuji kecuali bila disertai amalan.
Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." [QS. Al-Baqarah: 218].
Allah juga berfirman, "Barang siapa mengharap perjumpaan dengan tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan sesuatupun dalam beribadah kepada tuhannya." [Al-Kahfi: 110].
Berkata Ibnul Qoyyim dalam "Madarijus-Salikin": "Orang-orang yang mengerti telah bersepakat bahwa raja` tidak akan sah kecuali jika dibarengi dengan amalan. Oleh karena itu, tidaklah seseorang dianggap mengharap apabila tidak beramal". Dengan demikian, raja` kepada Allah akan tercapai dengan beberapa hal, diantaranya: pertama, senantiasa menyaksikan karunia-Nya, kenikmatan-Nya, dan kebaikan-kebaikan-Nya terhadap hamba; kedua, jujur dalam mengharap apa yang ada di sisi Allah dari pahala dan kenikmatan; ketiga, membentengi diri dengan amal shaleh dan bergegas dalam kebaikan.
Ibnul Qayyim -rahimahullah- membagi raja` menjadi tiga bagian, dua di antaranya roja`,yang benar dan terpuji pelakunya, sedang yang lainnya tercela. Raja` yang menjadikan pelakunya terpuji, pertama: seseorang mengharap disertai dengan amalan taat kepada Allah, di atas cahaya Allah, ia senantiasa mengharap pahalaNya; kedua: seseorang yang berbuat dosa lalu bertaubat darinya, dan ia senantiasa mengharap ampunan Allah, kebaikan-Nya dan kemurahan-Nya. Adapun yang menjadikan pelakunya tercela: seseorang terus-menerus dalam kesalahan-kesalahannya lalu mengharap rahmat Allah tanpa dibarengi amalan; raja` yang seperti ini hanyalah angan-angan belaka, sebuah harapan yang dusta.
Ketahuilah pula, bahwa jika ada yang berkata : Mana yang lebih utama, Takut atau Harap?
Maka itu seperti perkataan : Mana yang lebih utama, Roti atau Air?
Dan jawabannya : bagi orang yang lapar roti lebih baik, sedangkan untuk orang haus air lebih baik. Jika keduanya bersatu, dilihat yg lbh dominan. Jika sama2 tkt lapar dan hausnya, maka roti dan air setara kebaikannya.
Khauf dan Raja' adalah dua obat yang dengannya qalbu tersembuhkan. Maka keutamaan keduanya tergantung penyakit yang ada di qalbu. Jika yg dominan di qalbu merasa aman dari rencana Allah (QS. 7:99), maka Khauf (Takut) lebih utama. Sedangkan jika banyak maksiat sehingga putus asa dari rahmat Allah, maka Rajaa (Harap) lebih utama. Namun secara keseluruhan boleh juga dikatakan bahwa : Khauf lebih utama dari Raja', karena secara umum lebih banyak org yg tertipu penyakit "aman".
Akan tetapi jika dilihat dari sisi nilainya, Raja' lebih bernilai dari Khauf. Karena Raja' berharap pada Rahmat Allah, sedangkan Khauf adalah Takut pada Murka Allah. (Sedangkan RahmatNya lebih besar dari KemarahanNya -pen.).
Adapun orang yang bertaqwa, maka sebaiknya seimbang antara Takut dan Harap.Jika dikatakan : Semua orang masuk Surga kecuali satu orang, hendaknya dia takut menjadi yang satu itu. Jika dikatakan : Semua orang masuk Neraka kecuali satu orang, hendaknya dia berharap dirinyalah orang tersebut.
Jika ditanyakan : Bagaimana Takut diseimbangkan dengan Harap pada diri orang yang beriman, padahal dengan ketaqwaannya, bukankah seharusnya Harap lebih dominan?
Jawabnya : karena kita tidak tahu apakah ketaqwaan tersebut diterima Allah, sehingga selalu harus menyertakan rasa takut dalam beramal baik (QS. 23:60-61).
Maka Takut yang terpuji adalah yang mendorong Amal, dan mengingatkan Qalbu agar tidak cenderung pada keduniaan.
Adapun ketika datang kematian, maka yang terbaik baginya adalah Raja'. Karena Khauf seperti cambuk untuk beramal, sedangkan setelah mati tiada amal lagi, maka Khauf kurang bermanfaat menjelang kematian. Bahkan melemahkan qalbu. Sedangkan Rajaa pada keadaan ini akan menguatkan qalbu. Dengan Rajaa dia jadi makin cinta pada Allah, karena tiada seorang pun layak meninggalkan dunia ini kecuali dalam keadaan Cinta pada Allah Ta'ala, cinta untuk berjumpa denganNya, berbaik sangka kepadaNya.
KESIMPULAN
Raja` menuntut adanya khauf dalam diri seorang mukmin, yang dengan itu akan memacunya untuk melakukan amalan-amalan sholeh; tanpa disertai khauf, raja` hanya akan bernilai sebuah fatamorgana. Sebaliknya khauf juga menuntut adanya raja`; tanpa raja` khauf hanyalah berupa keputusasaan tak berarti. Jadi, khauf dan raja` harus senantasa menyatu dalam diri seorang mukmin dalam rangka menyeimbangkan hidupnya untuk tetap istiqomah melaksanakan perintahNya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, mengharap pahala dan takut akan siksa-Nya. Keduanya (khauf dan roja`) ibarat dua sayap burung yang dengannya ia dapat menjalani kehidupannya dengan sempurna.
Senantiasa perkuatlah rasa Takut atas Harap agar terus terdorong meningkatkan amal kebaikan (QS. 23:60-61), kecuali saat dosa-dosamu membuatmu putus asa atau saat hampir berakhir kesempatanmu 'tuk beramal.
Sumber Tulisan : - Abu Hamzah Al-Atsary
*
- Abu Yahya
*
- Ceramah Ustad Ade Purnama (14/10/09)
*
Sumber Bacaan :
1. Al-Quranul Karim
2. Syarh Tsalatsatul Ushul
3. Taisirul Wushul ilaa Nailil ma'mul
4. Al-Madkhal Lid-dirosatil Aqidah Al-Islamiyyah
5. Madarijus-salikin
*
6. Riyadlus Shalihin